Gereja Kristus, Katolik: Persekutuan para Kudus (1)



(gambar: http://yesaya.indocell.net/id82.htm)
 
Hari Raya Semua Orang Kudus (1 November 2015)

Credo ut intelligam, non intelligo ut credam (St. Agustinus Hippo)
Fides quaerens intellectum (St. Anselmus Canterbury)

Di dalam pengakuan iman Kristen terdapat ungkapan ini:

Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin. (Syahadat singkat)

Orang Katolik patut mengerti imannya sendiri akan “persekutuan para kudus” di surga. Hari ini Gereja Universal merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Maka mari sedikit mendalami ini demi imanmu.

Sesudah pengakuan akan “Gereja Katolik yang kudus” menyusul dalam syahadat “persekutuan para kudus”. Artikel iman ini dalam arti tertentu adalah pengembangan dari yang terdahulu: “Apa itu Gereja, kalau bukan perhimpunan semua orang kudus?” (Niketas, symb. 10). Persekutuan para kudus itu adalah Gereja. [KGK 946].

Orang Katolik percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Bahwa Roh Kudus yang diutus Bapa dan Putera pada saat hari Pentakosta atas semua orang yang percaya adalah jiwa Gereja (Kis. 2:1-13). Roh Kudus adalah Allah yang menguduskan Gereja. Karena itu Gereja adalah kudus supaya genaplah sabda Allah ini: “Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus” (Im. 11:44a). Allah adalah kudus maka semua orang beriman, yaitu Gereja, dipanggil untuk menjadi kudus. Gereja yang didirikan Yesus ini adalah kudus karena tangan yang mendirikannya, di atas batu karang Rasul Petrus, adalah kudus, yaitu Allah. 

Jadi kekudusan Gereja ini tampak dari:


a)      sumber dari mana Gereja berasal adalah kudus yaitu Allah,
b)      tujuan dan arah Gereja adalah kudus yaitu Allah,
c)      jiwa Gereja adalah kudus yaitu Roh Kudus,
d)   unsur-unsur Ilahi yang otentik yang berada di dalam Gereja adalah kudus yaitu ajaran-ajaran dan Sakramen-Sakramennya,
e)    anggota-anggotanya adalah kudus karena ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan dan diserahkan kepada Kristus serta dipersatukan melalui iman, harapan dan cinta yang kudus.


Bagaimana dengan “persekutuan para kudus” dalam kaitannya dengan Gereja yang masih ‘mengembara’ di dunia ini?

Ungkapan “persekutuan para kudus” dengan demikian mempunyai dua arti, yang berhubungan erat satu dengan yang lain: “Persekutuan dalam hal-hal kudus” [sancta] dan “persekutuan antara orang-orang kudus” [sancti] [KGK 948].

Perlu diingat terlebih dahulu bahwa Gereja Katolik berhak mendeklarasikan seseorang menjadi santo atau santa (orang kudus) berkat gaya dan semangat hidupnya yang terarah kepada Kristus. Kanonisasi dan beatifikasi bukan proses ‘pembuatan’ seseorang menjadi santo atau santa, namun hanya merupakan deklarasi bahwa orang itu adalah orang yang hidup kudus sama seperti Kristus berdasarkan kebajikan hidup, pencapaian hidup heroik demi imannya yang ditunjukkan dalam hidup.

Menyangkut “persekutuan”, Katekismus Gereja Katolik menyebutkan tentang persekutuan yang mengacu pada hal-hal rohani (yaitu iman, Sakramen-Sakramen, karisma-karisma, kepemilikan bersama, dan cinta) dan persekutuan Gereja di Surga dan di Bumi [KGK 949-953]. Gereja Kristus, yaitu Katolik, adalah kudus dan senantiasa dipanggil untuk mencapai kekudusan itu dalam persekutuan dan bantuan Roh Kudus.

Maka di dalam iman yang satu, yang diterima dari para Rasul, dalam Sakramen-Sakramen Gereja yang adalah ikatan-ikatan kudus, dalam karisma-karisma para anggota Gereja berkat karunia Roh Kudus, dalam semangat kerelaan dan berbagi, dan dalam cinta yang penuh pengorbanan, semuanya menjamin persekutuan rohani di dunia ini.

Gereja yang ada di dunia ini tidak terlepas dengan para kudus di surga. Sebab persatuan mereka yang sedang dalam perjalanan dengan para saudara yang sudah beristirahat dalam damai Kristus, sama sekali tidak terputus. Bahkan menurut iman Gereja yang abadi diteguhkan karena saling berbagi harta rohani [KGK 955]. Gereja Katolik percaya bahwa mereka yang telah meninggal dunia, tetap hidup, karena mereka tetap hidup di dalam Kristus. Kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm 8:38-39).

Bahkan ketika Gereja merayakan Liturgi Suci (perayaan Sakramen-Sakramen) di dunia ini, Gereja merayakannya dengan para kudus di surga untuk Allah yang menyelamatkan dan menguduskan. Liturgi Suci adalah perayaan antisipasi akan Liturgi surgawi. “Sebab karena para penghuni surga bersatu lebih erat dengan Kristus, mereka lebih meneguhkan seluruh Gereja dalam kesuciannya; mereka menambahkan keagungan ibadat kepada Allah, yang dilaksanakan oleh Gereja di dunia [KGK 956].

Kita merayakan kenangan para penghuni surga bukan hanya karena teladan mereka. Melainkan lebih supaya persatuan segenap Gereja dalam Roh diteguhkan dengan mengamalkan cinta kasih persaudaraan. Sebab seperti persekutuan kristiani antara para musafir mengantarkan kita untuk mendekati Kristus, begitu pula keikutsertaan dengan para kudus menghubungkan kita dengan Kristus, yang bagaikan Sumber dan Kepala mengalirkan segala rahmat dan kehidupan Umat Allah sendiri” (LG 50) [KGK 957].

"Kita percaya akan persekutuan semua warga beriman Kristen: mereka yang berziarah di dunia ini; mereka, yang dimurnikan, setelah mengakhiri kehidupannya di dunia ini; dan mereka, yang menikmati kebahagiaan surgawi; semua mereka membentuk bersama-sama satu Gereja. Kita percaya juga bahwa dalam persekutuan ini cinta kasih Allah dan orang-orang kudusnya selalu mengabulkan doa-doa kita" (SPF 30) [KGK 962].

Dengan demikian, ketika orang Kristen percaya akan “persekutuan para kudus”, ia mengerti dengan baik bahwa kekudusan itu sudah diperjuangkan dari dunia ini sampai pada kehidupan di surga. Ia mengerti bahwa persekutuan para kudus itu hanya dimungkinkan karena kesatuannya dalam Gereja yang didirikan oleh Kristus di atas wadas Petrus sebab Gereja ini adalah kudus. Dalam kesatuannya dengan Gereja Kristus yang kudus  ini, ia mengerti bahwa Gereja ini senantiasa berada dalam persekutuan dengan Gereja di surga, yaitu para kudus itu dalam persekutuan dengan Roh Kudus. Dan, kekudusan yang diperjuangkan secara bersama-sama ini tidak pernah lepas dari cinta kasih Kristus yang menyatukan, baik yang masih hidup di dunia ini, pun yang sekarang hidup di surga bersama Allah Tritunggal Mahakudus.

Mengasihi#Gereja Katolik#Mengasihi#Allah#Tritunggal#Mahakudus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar