Gereja Kristus, Katolik: tentang Kematian Orang Beriman di dalam Kristus (2)

 (gambar: http://www.hidupkatolik.com/2012/10/08/antara-orang-kudus-dan-arwah-orang-beriman)



Simaklah ajaran Gereja Katolik (Katekismus Gereja Katolik) berikut ini tentang kematian dalam iman akan Yesus Kristus. Kematian itu takkan sia-sia bila orang yang mati, mati di dalam Yesus Kristus.

Supaya bangkit bersama Kristus, kita harus mati bersama Kristus; untuk itu perlu "beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan" (2 Kor 5:8). Dalam "kepergian" ini (Flp 1:23), dalam kematian, jiwa dipisahkan dari tubuh. Ia akan disatukan kembali dengan tubuhnya pada hari kebangkitan orang-orang yang telah meninggal. [KGK 1005]

Kematian orang Kristen tidak bisa dipisahkan dengan kematian Yesus di salib. Demikian juga kebangkitan. Artinya, kematian tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan. Kematian orang Kristen selalu ‘berpasangan’ dengan kebangkitan, ya kebangkitan Kristus pada hari ketiga setelah kematian-Nya. Tubuh adalah ‘penyebab’ kematian karena dosa yang terkandung di dalamnya. Dan dalam kematian inilah jiwa meninggalkan tubuh yang fanah (dosa) lalu keduanya bersatu lagi saat kebangkitan orang-orang yang telah mati dalam Yesus.

"Di hadapan mautlah teka-teki kenyataan manusia mencapai puncaknya" (GS 18). Dalam arti tertentu kematian badani itu sifatnya alami; tetapi untuk iman, itu adalah "upah dosa" (Rm 6:23) Dan untuk mereka yang mati dalam rahmat Kristus, kematian adalah "keikut-sertaan" dalam kematian Kristus, supaya dapat juga mengambil bagian dalam  kebangkitan-Nya. [KGK 1006]

Kematian itu sendiri adalah ujung dari perjalanan hidup manusia secara alamiah. Namun demikian, di dalam iman, justru kematian yang alami ini merupakan upah atas dosa yang telah dilakukan. Rasul Paulus menegaskan, “upah dosa ialah maut” (Rm. 6:23). Dosa mendatangkan maut! Kematian karena dosa ini menjadi berarti ketika orang Kristen meletakkan kematian itu dalam kematian Kristus. Ia akan diikutsertakan oleh Kristus dalam kebangkitan-Nya. Saat itulah orang beriman dikuduskan dan memperoleh hidup yang kekal.


Kematian adalah akhir kehidupan duniawi. Kehidupan kita berlangsung selama waktu tertentu, dan di dalam peredarannya kita berubah dan menjadi tua. Kematian kita, seperti pada semua makhluk hidup di dunia ini, adalah berakhirnya kehidupan alami. Aspek kematian ini memberi kepada kehidupan kita sesuatu yang mendesak: keyakinan akan kefanaan dapat mengingatkan kita bahwa untuk menjalankan kehidupan kita, hanya tersedia bagi kita suatu jangka waktu terbatas. [KGK 1007]

Hidup manusia berada dalam jangka waktu yang singkat. Bahkan dapat dikatakan bahwa kematian manusia membatasi hidupnya sendiri. Orang boleh bertumbuh dari kecil menjadi besar, dewasa dan menjadi tua, namun pertumbuhan ini dibatasi oleh kematian. Sebenarnya itulah yang menjadi ciri kehidupan dunia. Bahwa kematian manusia adalah akhir atau batas dari keberadaannya di dunia. Ini amat singkat! Dan bila kematian yang jadi akhir hidup ini dimaknai akan mendatangkan peringatan bagi manusia untuk membangun hidup yang baik dan benar. Ternyata, bila merenungkan kematian itu secara dalam akan berdampak pada pola hidup manusia saat ini dalam ukuran waktu yang singkat.

Kematian adalah akibat dosa. Sebagai penafsir otentik atas pernyataan Kitab Suci dan tradisi, magisterium Gereja mengajarkan bahwa kematian telah masuk ke dalam dunia, karena manusia telah berdosa. Walaupun manusia mempunyai kodrat yang dapat mati, namun Pencipta menentukan supaya ia tidak mati. Dengan demikian kematian bertentangan dengan keputusan Allah Pencipta. Kematian masuk ke dunia sebagai akibat dosa "Kematian badan, yang dapat dihindari seandainya manusia tidak berdosa" (GS 18), adalah "musuh terakhir" manusia yang harus dikalahkan. [KGK 1008]

Di samping merupakan akhir kehidupan duniawi, kematian juga merupakan akibat dosa. Kematian tidak hanya membatasi kehidupan manusia, tetapi ia sendiri disebabkan oleh dosa. Sekali lagi, dosa mendatangkan maut! Ini sekaligus memperlihatkan bahwa kodrat manusia adalah kematiannya, namun sejak semula sang Pencipta tidak menghendaki kematian itu sendiri. Hanya karena dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, maka kematian itu menjadi mungkin bagi semua orang. Dosa membelokkan kodrat manusia yang semula ditentukan Allah Pencipta untuk tidak mati. Maka dosa menghadirkan kematian di dalam dunia. karena itu, dosa harus dikalahkan!

Kematian telah diubah Kristus. Juga Yesus, Putera Allah, telah mengalami kematian, yang termasuk bagian dari eksistensi manusia. Walaupun Ia merasa takut akan maut namun Ia menerimanya dalam ketaatan bebas kepada kehendak Bapa-Nya. Ketaatan Yesus telah mengubah kutukan kematian menjadi berkat. [KGK 1009]

Siapakah yang dapat mengalahkan dosa yang mengakibatkan kematian badan itu? Yesus Kristus! Ia mengalahkan dosa dan mengubah kematian menjadi kehidupan. Berkat ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, yaitu sengsara dan wafat di salib, Ia menang atas dosa, maut dan bangkit dari kematian-Nya. Maka ketika orang Kristen mati, mati di dalam Kristus yang menghalaukan kutukan kematian manusia dan bangkit bersama-Nya.


Arti Kematian Kristen

Hanya di dalam Kristus kematian orang Kristen mendapatkan maknanya. Sama seperti Rasul Paulus yang menggantungkan hidup dan matinya pada Kristus (bdk. Flp. 1:21), orang Kristen, pengikut Kristus, pun mati di dalam Kristus. Sebab jika ia mati, ia mati di dalam TUHANnya, yaitu Yesus Kristus dan hidup pun di dalam-Nya (bdk. 2Tim. 2:11). Inilah yang dirayakan di dalam Pembaptisan. Ketika dibaptis, warga Kristen secara sakramental sudah “mati bersama Kristus” supaya dapat menghidupi kehidupan baru [KGK 1010]. Dengan kematian, Allah memanggil manusia kepada diri-Nya [KGK 1011], yaitu bersatu dengan Kristus dalam kematian-Nya. Dalam Liturgi Gereja, hidup hanyalah diubah, bukan dilenyapkan [KGK 1012]. Hidup yang diubah oleh Allah dan tidak dilenyapkan ini, yaitu kematian, hanya terjadi satu kali untuk selama-lamanya, sesudah itu dihakimi [KGK 1013]. Itu sebabnya, orang Kristen diajak untuk mempersiapkan diri menghadapi saat kematian [KGK 1014].

Mengasihi#Gereja Katolik#Mengasihi#Allah#Tritunggal#Mahakudus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar