Gereja Kristus, Katolik: Persekutuan Gereja yang Hidup dan Mati (3)





Banyak orang dari golongan lain mempertanyakan kesatuan iman ini. Kesatuan antara orang-orang yang masih hidup dengan orang-orang yang sudah meninggal dunia. Kesatuan antara Gereja yang masih hidup dan yang sudah dipanggil Kristus dalam kematian. Kiranya ini dapat menjawab persoalan itu.
 
Secara berturut-turut, di dalam kalender Liturgi Gereja Katolik, dirayakan Hari Raya Semua Orang Kudus dan peringatan Arwah Semua Orang Beriman pada tanggal 1 dan 2 November. Perayaan dan peringatan ini bukan tanpa alasan. Dua momentum indah bagi orang Katolik ini memberi kenyataan ini, Gereja yang didirikan oleh Kristus tidak pernah “tercerai-berai” sebagaimana yang terjadi saat ini, yang dipraktekkan tanpa sadar oleh denominasi-denominasi yang menyebut diri Kristen.

Ingat, Yesus, sebelum sengsara dan wafat serta kebangkitan-Nya, Ia mendoakan Gereja-Nya agar tetap bersatu, tak tercerai-berai, Ut Omnes Unum Sint!!

Yohanes 17:20:21
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”

Selain sebagai bentuk ‘dukungan’ saling mendoakan dalam Gereja Kristus, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia (para kudus dan orang-orang beriman), kenyataan ini juga memperlihatkan kepada kekristenan bahwa Gereja itu tetap satu di dalam Kristus. Bahwa orang-orang kudus dan orang-orang beriman yang telah mati masih merupakan satu kesatuan dengan orang-orang hidup di dunia ini. Itu sebabnya, kesatuan itu dinyatakan di dalam Litrugi (doa resmi) Gereja, perayaan dan peringatan itu. 

Injil yang diwartakan hari ini, 3 November, di dalam Gereja Universal, berbicara dengan cukup jelas menyangkut kesatuan yang tak terceraikan itu. Bahwa mereka yang menolak undangan-Nya untuk bersatu dalam perjamuan yang disediakan-Nya tidak akan menikmati jamuan itu. “Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku” (Lukas 14:24). Tuhan mengundang semua orang untuk bersatu dalam perjamuan kasih-Nya, namun sebagian undangan menolak untuk hadir di sana.

Lukas 14:15-24
Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku."


“Perjamuan” dan Ekaristi yang diadakan Yesus: tanda Kesatuan/Persekutuan

Seorang yang mengadakan perjamuan besar itu mengundang banyak orang untuk turut mengambil bagian dalam perjamuan besar itu. Tetapi banyak yang berdalih dan menolak untuk masuk dan bergabung di dalam perjamuan besar itu. Karenanya, ia menyuruh hambanya untuk memanggil siapa saja yang ia jumpai di persimpangan jalan atau di mana saja untuk datang dan masuk dalam perjamuan besar itu.

Ketika Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan ini, Ia sebenarnya berbicara tentang persekutuan, persatuan atau kesatuan di dalam Dia. Perjamuan besar yang diumpamakan itu adalah ciri eskatologis dari perjamuan malam terakhir (Ekaristi Kudus) yang diadakan-Nya sebelum menderita sengsara. Di sana Ia mengundang para Rasul-Nya untuk duduk makan dan minum, makan dan minum Tubuh dan Darah-Nya sendiri yang Ia berikan kepada mereka. Mereka semua mengambil bagian dalam perjamuan itu. Yang meninggalkan meja perjamuan malam terakhir itu adalah Yudas Iskariot, pengkhianat Yesus!

Benar bahwa Kitab Suci banyak menampilkan ‘perjamuan’ yang diadakan oleh Yesus dan para pengikut-Nya. Namun perjamuan-perjamuan yang mendahului perjamuan malam terakhir yang diadakan Yesus itu adalah tanda-tanda yang diperlihatkan oleh Yesus bagi murid-murid-Nya demi suatu tanda abadi, yaitu Ekaristi, yang akan dikenang selama-lamanya, setiap hari, setiap saat, setiap ada kesempatan untuk mengadakannya. Inilah pesan Yesus bagi para Rasul-Nya, “Perbuatlah ini sebagai kenangan akan Daku”. Ketahuilah bahwa Ekaristi merupakan tanda kesatuan, persekutuan Gereja di dalam Yesus, Sang Kepala Gereja. Mengapa? Karena di dalam Ekaristi, semua anggota Gereja bersatu dan menyantap hidangan Sabda serta Tubuh dan Darah Kristus. Semua makan dan minum dari meja yang satu dan sama. Di sanalah orang Kristen disatukan secara istimewa oleh Kristus. Tentang ini, Rasul Paulus menegaskan:demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain” (Rm. 12:5), bacaan Liturgi hari ini, 3 November 2105.

Liturgi Ekaristi: Persiapan Persembahan
Imam: berdoalah Saudara-saudari supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan kepada Allah, Bapa yang mahakuasa.
Umat: semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.


Kesatuan & Persekutuan Gereja: Kehendak Yesus yang tak terbantahkan

Doa Yesus teramat jelas, menitikberatkan pada kesatuan Gereja-Nya yang Ia dirikan sendiri (Yoh. 17:20:21). Kesatuan ini ‘dipamerkan’ Yesus lewat mujizat Ekaristi, penyerahan Tubuh dan Darah-Nya sendiri dalam satu perjamuan yang diadakan-Nya bersama para Rasul. Peristiwa perjamuan malam terakhir ialah peristiwa derita dan kematian Yesus di salib, di Golgota. Maka ketika hidup, Ia menyatukan para murid-Nya dalam Ekaristi sebagai sumber dan puncak kesatuan itu, dan ketika mati, Ia membangkitkan semua orang yang percaya kepada-Nya dengan diri-Nya sendiri. Karena itu, entah hidup maupun mati, Ia memanggil semua orang untuk bersatu dalam Allah lewat pengorbanan diri-Nya sendiri. Sebab persembahan yang diterima oleh Bapa adalah korban Putera-Nya sebagai pelunas dosa manusia, tetapi sekaligus sebagai tanda pemersatu dan persekutuan antara orang-orang hidup dan yang mati. Jadi, meterai abadi, yaitu Pembaptisan suci, yang diterima oleh semua anggota Gereja-Nya adalah tanda persekutuan abadi bersama Dia saat masih berada di dunia ini sampai pada hari kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Mengasihi#Gereja Katolik#Mengasihi#Allah#Tritunggal#Mahakudus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar