Banyak orang dari golongan lain mempertanyakan kesatuan
iman ini. Kesatuan antara orang-orang yang masih hidup dengan orang-orang yang
sudah meninggal dunia. Kesatuan antara Gereja yang masih hidup dan yang sudah
dipanggil Kristus dalam kematian. Kiranya ini dapat menjawab persoalan itu.
Secara berturut-turut, di dalam kalender Liturgi Gereja
Katolik, dirayakan Hari Raya Semua Orang Kudus dan peringatan Arwah Semua Orang
Beriman pada tanggal 1 dan 2 November. Perayaan dan peringatan ini bukan tanpa alasan.
Dua momentum indah bagi orang Katolik ini memberi kenyataan ini, Gereja yang
didirikan oleh Kristus tidak pernah “tercerai-berai” sebagaimana yang terjadi
saat ini, yang dipraktekkan tanpa sadar oleh denominasi-denominasi yang
menyebut diri Kristen.
Ingat, Yesus, sebelum sengsara dan wafat serta
kebangkitan-Nya, Ia mendoakan Gereja-Nya agar tetap bersatu, tak
tercerai-berai, Ut Omnes Unum Sint!!
Yohanes 17:20:21
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku
berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan
mereka; supaya mereka semua menjadi
satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar
mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah
mengutus Aku”
Selain sebagai bentuk ‘dukungan’ saling mendoakan dalam Gereja
Kristus, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia (para kudus
dan orang-orang beriman), kenyataan ini juga memperlihatkan kepada kekristenan
bahwa Gereja itu tetap satu di dalam Kristus. Bahwa orang-orang kudus dan
orang-orang beriman yang telah mati masih merupakan satu kesatuan dengan
orang-orang hidup di dunia ini. Itu sebabnya, kesatuan itu dinyatakan di dalam
Litrugi (doa resmi) Gereja, perayaan dan peringatan itu.
Injil yang diwartakan hari ini, 3 November, di dalam
Gereja Universal, berbicara dengan cukup jelas menyangkut kesatuan yang tak
terceraikan itu. Bahwa mereka yang menolak undangan-Nya untuk bersatu dalam perjamuan
yang disediakan-Nya tidak akan menikmati jamuan itu. “Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan
menikmati jamuan-Ku” (Lukas 14:24). Tuhan mengundang semua orang untuk
bersatu dalam perjamuan kasih-Nya, namun sebagian undangan menolak untuk hadir
di sana.
Lukas 14:15-24
Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus:
"Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." Tetapi
Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia
mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya
mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi
mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah
membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang lain
berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya;
aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku
tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu
kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya:
Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari
orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang
lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu
sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan
itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah
orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku
berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun
dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku."
“Perjamuan” dan
Ekaristi yang diadakan Yesus: tanda Kesatuan/Persekutuan
Seorang yang mengadakan perjamuan besar itu mengundang
banyak orang untuk turut mengambil bagian dalam perjamuan besar itu. Tetapi banyak
yang berdalih dan menolak untuk masuk dan bergabung di dalam perjamuan besar
itu. Karenanya, ia menyuruh hambanya untuk memanggil siapa saja yang ia jumpai
di persimpangan jalan atau di mana saja untuk datang dan masuk dalam perjamuan
besar itu.
Ketika Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan ini, Ia
sebenarnya berbicara tentang persekutuan, persatuan atau kesatuan di dalam Dia.
Perjamuan besar yang diumpamakan itu adalah ciri eskatologis dari perjamuan
malam terakhir (Ekaristi Kudus) yang diadakan-Nya sebelum menderita sengsara. Di
sana Ia mengundang para Rasul-Nya untuk duduk makan dan minum, makan dan minum
Tubuh dan Darah-Nya sendiri yang Ia berikan kepada mereka. Mereka semua
mengambil bagian dalam perjamuan itu. Yang meninggalkan meja perjamuan malam
terakhir itu adalah Yudas Iskariot, pengkhianat Yesus!
Benar bahwa Kitab Suci banyak menampilkan ‘perjamuan’
yang diadakan oleh Yesus dan para pengikut-Nya. Namun perjamuan-perjamuan yang
mendahului perjamuan malam terakhir yang diadakan Yesus itu adalah tanda-tanda
yang diperlihatkan oleh Yesus bagi murid-murid-Nya demi suatu tanda abadi,
yaitu Ekaristi, yang akan dikenang selama-lamanya, setiap hari, setiap saat,
setiap ada kesempatan untuk mengadakannya. Inilah pesan Yesus bagi para
Rasul-Nya, “Perbuatlah ini sebagai kenangan akan Daku”. Ketahuilah bahwa
Ekaristi merupakan tanda kesatuan, persekutuan Gereja di dalam Yesus, Sang
Kepala Gereja. Mengapa? Karena di dalam Ekaristi, semua anggota Gereja bersatu
dan menyantap hidangan Sabda serta Tubuh dan Darah Kristus. Semua makan dan
minum dari meja yang satu dan sama. Di sanalah orang Kristen disatukan secara
istimewa oleh Kristus. Tentang ini, Rasul Paulus menegaskan: “demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus;
tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain” (Rm.
12:5), bacaan Liturgi hari ini, 3 November 2105.
Liturgi Ekaristi: Persiapan Persembahan
Imam: berdoalah Saudara-saudari supaya
persembahanku dan persembahanmu berkenan kepada Allah, Bapa yang mahakuasa.
Umat: semoga persembahan ini diterima demi
kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh
umat Allah yang kudus.
Kesatuan & Persekutuan Gereja: Kehendak
Yesus yang tak terbantahkan
Doa Yesus teramat jelas,
menitikberatkan pada kesatuan Gereja-Nya yang Ia dirikan sendiri (Yoh.
17:20:21). Kesatuan ini ‘dipamerkan’ Yesus lewat mujizat Ekaristi, penyerahan
Tubuh dan Darah-Nya sendiri dalam satu perjamuan yang diadakan-Nya bersama para
Rasul. Peristiwa perjamuan malam terakhir ialah peristiwa derita dan kematian
Yesus di salib, di Golgota. Maka ketika hidup, Ia menyatukan para murid-Nya
dalam Ekaristi sebagai sumber dan puncak kesatuan itu, dan ketika mati, Ia
membangkitkan semua orang yang percaya kepada-Nya dengan diri-Nya sendiri. Karena
itu, entah hidup maupun mati, Ia memanggil semua orang untuk bersatu dalam Allah
lewat pengorbanan diri-Nya sendiri. Sebab persembahan yang diterima oleh Bapa
adalah korban Putera-Nya sebagai pelunas dosa manusia, tetapi sekaligus sebagai
tanda pemersatu dan persekutuan antara orang-orang hidup dan yang mati. Jadi,
meterai abadi, yaitu Pembaptisan suci, yang diterima oleh semua anggota Gereja-Nya
adalah tanda persekutuan abadi bersama Dia saat masih berada di dunia ini
sampai pada hari kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Mengasihi#Gereja
Katolik#Mengasihi#Allah#Tritunggal#Mahakudus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar