Kitab Suci ditulis dalam rentang
waktu rubuan tahun lalu oleh orang-orang yang memiliki kebudayaan yang sangat
berbeda dengan kita dan menggunakan bahasa yang sama sekali tidak kita
mengerti. Kitab Suci ditulis dalam bentuk sastra yang sangat berlainan dengan
karya-karya sastra Indonesia kontemporer dewasa ini. Banyak kata penting dalam
Kitab Suci, misalnya yang diucapkan Yesus, menggunakan bahasa Aram, yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa
Eropa, baru kemudian dialihkan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam konteks seperti
inilah, kita diperhadapkan pada berbagai masalah, yakni mengartikan Kitab Suci.
(Father Oscar Lukefahr, C.M).
Maka, apakah engkau berhak
menginterpretasikan, menafsirkan, mengartikan dan "memanipulasi"
Kitab Suci secara pribadi? Kalau engkau melakukannya, itu jalan menuju
KESESATAN. Karena Magisterium Gerejalah yang berwenang atasnya. Jangan sesat,
saudara! Inilah maksudnya kita taat dan tunduk pada otoritas Gereja.
Sebaliknya, kecenderungan untuk mengandalkan "kemampuan sendiri"
mendatangkan "malapetaka" dalam jalan menuju keselamatan.
Maknanya, ketaatan pada
Magisterium Gereja (wewenang mengajarnya) adalah jalan untuk mengenal Yesus
dengan benar...
Salam Taat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar