Lalu Simeon berkata
kepada Maria....”dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi
nyata pikiran hati banyak orang” (Luk. 2:35).
Sebagai
Puteri Sion yang sesungguhnya Maria dalam hidupnya akan mengalami nasib malang
bangsanya. Bersama Anaknya ia menjadi sasaran perbantahan dan dalam hal itu
manusia harus memilih menjadi kawan atau lawan Yesus. Pedang adalah sebuah
lambang yang sepertinya diambil oleh St. Lukas dari Yeh. 14:17 atau Za. 12:10.
Yeh. 14:17 negeri itu akan menjadi sunyi sepih. Atau jikalau Aku membawa pedang atas negeri itu dan Aku berfirman: Hai pedang, jelajahilah negeri itu!
Za. 12:10 Aku akan mencurahkan roh pengasihna dan roh
permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan
memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti
orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang
menangisi anak sulung.
Di puncak Golgota, Yesus dengan Salib-Nya sangat jelas meneguhkan dan menunjukkan bahwa Ia menjadi “tanda yang menimbulkan perbantahan” seperti yang dinubuatkan oleh Simeon dahulu kala. Pada waktu dan kesempatan yang sama, di puncak Golgota itu, tergenapi nubuat Simeon atas Maria, “dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.” Duka dan kesedihan Maria tiada bandingnya!
Pedang
dukacita, yang diramalkan Simeon untuk Maria, menandakan “persembahan” yang
lain, yang sempurna dan yang satu-satunya, di salib, yang akan menganugerahkan
keselamatan, “yang Allah persiapkan untuk segala bangsa” (KGK 529). Maria
mengalami tikaman pedang itu tetapi sekaligus mempersembahkan Puteranya kepada
Bapa.
St. Yakobus
berkata: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab
apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa
yang mengasihi Dia” (Yak. 1:12). Maria telah menunjukkan kualitas iman ini,
yaitu taat kepada Allah yang disalibkan dan ia telah menerima mahkota kehidupan
abadi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar