Siapa yang diselamatkan? (2)

“Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” – “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!” (Luk. 13:23-24a).

Pikiran pokoknya ialah Israel ditolak oleh Allah, sedangkan bangsa-bangsa bukan Yahudi dipanggil untuk keselamatan. Hubungan (darah/keturunan) Yesus dengan orang Yahudi tidak berarti sama sekali untuk mencegah diri dari penolakan oleh karena kelakuan yang tidak sesuai. Dengan demikian banyak orang tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (keselamatan), sehingga orang-orang terdahulu (bangsa Yahudi) menjadi orang terakhir. Mereka justru akan menyaksikan orang bukan golongan mereka masuk dan menduduki tempat mereka sendiri pada perjamuan Mesias di dalam Kerajaan Allah.

Pertanyaan, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” mengarah kepada kehidupan abadi. Ada kehidupan lain selain kehidupan dunia ini. St. Sirilus dari Yerusalem berkata: “Tetapi dalam keramahan-Nya terhadap manusia, Ia telah menjanjikan kehidupan abadi secara pasti kepada kita manusia.” Rasul Yohanes mencatat “Barang siapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang memiliki hidup kekal di dalam dirinya” (1Yoh 3:14-15). Keadaan tidak memiliki hidup kekal berarti orang masuk pada neraka, api yang bernyala-nyala. Penderitaan neraka yang paling buruk adalah perpisahan abadi dengan Allah; hanya di dalam Dia manusia dapat menemukan kehidupan dan kebahagiaan, karena untuk itulah ia diciptakan dan itulah yang ia rindukan (KGK 1035). Maka yang diselamatkan adalah mereka yang bersatu dengan Kristus selama hidupnya, yang mengasihi-Nya dan yang tidak melakukan dosa berat.

Yohanes Pembaptis menyamakan orang berdosa saat itu dengan ular beludak, yaitu mereka yang hendak melarikan diri dari murka yang akan datang (Luk. 3:7). Maka dari itu bertobatlah! Meski bergaris keturunan langsung dari Bapa Abraham itu sama sekali tidak menjamin keselamatan seseorang (Luk. 3:8). Hanya pertobatan yang menghasilkan buah-buah, yang menyelamatkan seseorang. Hal ini penting agar orang tidak seperti pohon yang tidak menghasilkan buah sehingga ditebang dengan kapak yang sudah tersedia (Luk. 3:9). Yesus mengecam orang-orang sebangsa-Nya yang berlagak benar dan mengusung diri sebagai keturunan Abraham padahal mereka menyimpang dari Allah dan berbuat dosa. “Sesungguhnya setiap orang yang berdosa adalah hamba dosa” (Yoh. 8:34).


Oleh karena itu pernyataan-pernyataan Kitab Suci dan ajaran Gereja mengenai neraka merupakan peringatan kepada manusia, supaya mempergunakan kebebasannya secara bertanggung jawab dalam hubungannya dengan nasib abadinya. Semua itu juga merupakan himbauan yang mendesak supaya bertobat: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya” (Mat 7:13-14) [KGK 1036]. Maka sebagai tanda keselamatan Allah, Gereja secara terus-menerus, sepanjang zaman, berusaha memanggil semua orang untuk mengenal Kristus dan hidup seperti-Nya. Di lain sisi, para anggota Gereja adalah pendosa tetapi secara konsisten mengusahakan pertobatan yang tiada henti bagi dirinya sendiri. Dengan demikian semua orang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah melalui pintu yang sempit itu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar