Penderitaan & Pajak

PENDERITAAN&PAJAK~Matius mencatat penderitaan Yesus dengan teliti. Sebanyak empat kali, ia menulis tentang ‘pemberitahuan penderitaan Yesus’ kelak (Mat. 16:21-28, 17:22-23, 20:17-19, 26:1-5). Ini sesuai dengan tema sentral yang diutarakan Matius dalam tulisannya, yaitu Yesus adalah Raja yang menyelamatkan dunia. Ini kabar baik! Dan isi kabar baik ini memiliki maknanya dalam penderitaan yang dialami sendiri oleh Yesus.

“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” (Mat. 17:22-23). Ini diungkapkan sendiri oleh Yesus di Galilea untuk kedua kalinya, sebagaimana yang sudah diketahui-Nya dalam perjalanan menuju puncak penyelamatan yang dibuat-Nya sendiri: derita, wafat dan bangkit. Apa yang dialami Yesus ini ditaruh dalam perspektif pemenuhan akan nubuat Perjanjian Lama. Derita-Nya adalah jalan baru, Perjanjian Baru, yang mengubah kematian menjadi kehidupan.

Dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem itu, Yesus diperhadapkan dengan persoalan bea dan pajak. Bea dua dirham (Mat. 17:24) yang mesti dibayar itu ‘dilunasi’ Yesus dengan meminta Petrus untuk pergi menemukannya pada mulut ikan yang dipancingnya di danau (Mat. 17:27). Yang diperoleh Petrus justru empat dirham, itu untuk Yesus dan Petrus sekaligus.

“Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” (Mat. 17:25). Bea dua dirham itu adalah pajak pribadi yang setiap tahun ditarik untuk keperluan-keperluan Bait Allah. Ini dibayarkan oleh rakyat. Uniknya, Yesus menggunakan istilah Ibrani “anak” untuk menerangkan rakyat itu. Hal ini untuk menunjuk diri-Nya sebagai “Anak” dalam karya penyelamatan-Nya (bdk. Mat. 3:17, 17:5, dan 10:32 dst., 11:25-27 dll.). Ini sekaligus menunjuk murid-murid-Nya sebagai saudara-saudara-Nya (Mat. 12:50), dan anak Bapa yang sama (Mat. 5:45). Jadi, sebagai rakyat Yesus taat untuk membayar bea dua dirham itu (meskipun sebenarnya Ia dibebaskan untuk itu), tetapi sekaligus menekankan identitas diri-Nya sebagai Anak yang akan menanggung penderitaan.

Yesus menghindari kebiasaan orang banyak yang sering menjadi batu sandungan dalam hal pembayaran bea dan pajak. Ia lebih memilih untuk terlibat dan menjadi rakyat yang jujur. Malahan, penderitaan Yesus nantinya merupakan “batu loncatan” bagi keselamatan semua orang. Ia justru menjadi alasan bagi kita untuk sampai kepada Bapa dengan derita yang dialami-Nya. Maka ‘pajak’ kita kepada Allah adalah penderitaan (pengorbanan – pemberian diri) yang kita alami demi kebaikan orang lain.

Eng’Co
#pejuangkecil


Tidak ada komentar:

Posting Komentar